ZAT
ANTINUTRISI PADA PAKAN TERNAK
Di dalam bahan pakan terdapat suatu zat yang dapat menggangu kesehatan ternak bahkan dapat mematikan. Zat tersebut disebut anti kualitas atau disebut juga anti nutrien.
Secara umum anti kualitas atau anti nutrient pakan dapat dibagi menjadi:
1. Zat glukosida,
2. Zat alkaloid,
3. Asam-asam,
4. Asam amino,
5. Protein,
1. Zat glukosida
Peracun berupa glikosida yang mengandung HCN (asam prusi) mempunyai beberapa contoh antara lain: Phaseolunatin, terdapat pada Phaseolus lunatus (koro), Monocrotalin, terdapat pada crotalaria (orok-orok), Dhurrin, terdapat pada sorghum dan cynodon, Linamarin dan Cyanogenic glycoside adalah senyawa yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan hydrogen cyanida (HCN). Cyanoglycosida terdapat lebih dari 2000 spesies tanaman. singkong (cassava).Kaliandra (Calliandra calothrysus) mempunyai senyawa pengikat protein yang juga tergolong zat anti nutrisi yaitu tannin dalam konsentrasi yang cukup besar dan molekul alkaloid yang belum dapat diidentifikasi.
Legume (Acacia Spp) mengandung zat anti nutrisi berupa tannin yaitu senyawa phenolic yang larut dalam air. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makain tinggi. Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % catechin equivalent. Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas.
Peracun berupa glikosida yang mengandung HCN (asam prusi) mempunyai beberapa contoh antara lain: Phaseolunatin, terdapat pada Phaseolus lunatus (koro), Monocrotalin, terdapat pada crotalaria (orok-orok), Dhurrin, terdapat pada sorghum dan cynodon, Linamarin dan Cyanogenic glycoside adalah senyawa yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan hydrogen cyanida (HCN). Cyanoglycosida terdapat lebih dari 2000 spesies tanaman. singkong (cassava).Kaliandra (Calliandra calothrysus) mempunyai senyawa pengikat protein yang juga tergolong zat anti nutrisi yaitu tannin dalam konsentrasi yang cukup besar dan molekul alkaloid yang belum dapat diidentifikasi.
Legume (Acacia Spp) mengandung zat anti nutrisi berupa tannin yaitu senyawa phenolic yang larut dalam air. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makain tinggi. Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % catechin equivalent. Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas.
2. Zat alkaloida
Zat anti nutrisi alkaloida antara lain yaitu Hypericin, terdapat pada rumput bebe (Brachiaria brizantha), alfalfa (Medicago sativa), Hepatoxin, terdapat pada Panicum dan Solanine terdapat pada kentang. Anti nutrisi yang bersifat toksin terdapat juga pada gamal (Gliricidia maculate). Gamal mempunyai kandungan zat racun yang pertama adalah dicoumerol, suatu senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat mengganggu serta menggumpalkan darah. Dicoumerol diperkirakan merupakan hasil konversi dari coumarin yang disebabkan oleh bakteri ketika terjadi fermentasi. Senyawa racun yang kedua adalah HCN (Hydro Cyanic Acid), sering disebut juga Prussic Acid, Asam Prusik atau Asam Sianida. Meskipun kandungan HCN dalam Gamal tergolong rendah, 4mg/kg. Zat lain yaitu Nitrat (NO3). Sebetulnya nitrat itu sendiri tidak beracun terhadap ternak, tapi pada jumlah yang banyak dapat menyebabkan penyakit yang disebut keracunan nitrat (nitrate poisoning). Nitrate yang secara alamiah terdapat pada tanaman di rubah menjadi nitrit oleh proses pencernaan, pada gilirannya nitrit dikonversi menjadi amonia.
Saponin pada Kacang tanah (Arachus hypogea) Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan ternak seperti alfalfa, bunga matahari dan kacang tanah. Saponin mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik serta sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol. Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi ransum karena rasa pahit dan terjadinya iritasi pada oral mucosa dan saluran pencernaan. Pada anak ayam yang diberi 0,9 % triterpenoid saponin bisa menurunkan konsumsi ransum,menurunkan pertambahan berat badan,menurunkan kecernaan lemak,meningkatkan ekskresi cholesterol dan menurunkan absorpsi vitamin A dan D.
3. Asam-asam
Asam phytat dan asam oxalate merupakan anti kualitas berupa asam. Protease inhibitor pada asam phytat merupakan senyawa yang bisa menghambat trypsin dan chymotripsin. Contoh: kedelai. Asam oxalat merupakan iritan penyebab distress, terdapat pada: rumput setaria (Staria sphacelata), Rumput raja (Pennisetum hybrida) dan Jerami padi. Asam oxalat dengan mineral akan membentuk garam yang sukar larut yaitu Calsiumoxalat, sehingga dapat menyebabkan ternak kekurangan Ca, sedangkan bentuk garam yang lain (Naoxalat dan Koxalat) mudah larut.
Kandungan asam oxsalat dapat dikurangi dengan jalan dibuat silage.
4. Asam amino
Asam amino non esesial berupa mimosin atau leucaenine terdapat pada lamtoro (Leucaena leucocephala). Daun lamtoro (Leucaena leucocephala) mempunyai kandungan nutrisi yang rendah karena adanya mimosin. Lamtoro mengandung mimosin sebesar 3-5 % BK, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi lain termasuk protease inhibitor, tannin dan galactomannan. Karena adanya mimosin ini penggunaan lamtoro dalam ransum non ruminansia sebesar 5-10 % tanpa menimbulkan gejala toxicosis. Efek yang merugikan dari mimosin, yaitu menurunkan pertumbuhan dan menurunkan produksi telur. Rumus bangun leucaenine mirip dengan AA-tyrosin. Tyrosin membentuk hormon thyroxin yang mempengaruhi metabolisme sel, mitosis sel terutama sel rambut. Apabila konsentrasi mimosin dalam tubuh tinggi maka pembelahan sel terhambat, akibatnya molekul tyrosin (kematian sel) terjadi kerontokan bulu atau rambut (alopaecia). Mikroorganisme rumen dapat menetralkan efek mimosine menjadi tak beracun dengan jalan dilayukan atau dijemur pada sinar matahari.
5. Protein
Zat anti nutrisi berupa protein biasanya terdapat dalam bahan pakan dalam bentuk enzim, contoh: urease dalam kedele mentah dan thiaminase pada ikan mentah. Adanya enzim urease akan mempercepat penguraian urea. Thiaminase akan merusak atau menghirolisis thiamine.
Secara
khusus zat-zat antinutrisi yang dapat membahayakan dan mengganggu kesehatan
ternak di antaranya adalah asam sianida, asam sitrat, asam oksalat,
gosipol, mimosin, coumarin, alfatoksin,alkaloid, dan tannin.
1. Asam sianida (HCN)
Asam sianida
umumnya terdapat pada rumput budi daya, misalnya rumput gajah, rumput benggala,
rumput setaria, dan rumput brachiaria. Selain itu, asam sianida juga terdapat
pada tanaman leguminosa, seperti gamal dan tanaman pangan, misalnya daun
singkong. Secara umum keracunan HCN pada ternak tergantung pada kadar HCN dalam
pakan ternak, jumlah pakan yang dikonsumsi, dan kondisi ternaknya. Pada
kandungan asam sianida yang lebih dari 500 ppm, sudah perlu diwaspadai. Level
toksik HCN pada sapi dan kerbau 2,2 mg/kg bobot badan, sedangkan pada kambing
dan domba 2,4 mg/kg bobot badan. Cara mengurangi pengaruh negatif HCN terhadap
kesehatan ternak adalah dengan menambah unsur sulfur (S) atau vitamin B-12.
2. Asam sitrat
Asam sitrat
terdapat pada hampir semua bahan pakan ternak, terutama pada bagian daun
tanaman makanan ternak. Pakan ternak yang mengandung asam sitrat 2% sudah
membahayakan bagi ternak. Batas toksisitas ternak ruminansia terhadap asam
sitrat adalah 1 g NO3/kg bobot badan.
3. Asam oksalat
Asam oksalat
banyak dijumpai di dalam tanaman, termasuk tanaman hijauan pakan ternak,
terutama bagian daun. Salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung asam
oksalat tinggi adalah rumputsetaria sp.
4. Gosipol
Gosipol
umumnya terdapat dalam biji-bijian, seperti biji kapas dan biji kapuk. Selain
itu, gosipol juga terdapat pada bagian tanaman, seperti batang, daun, benang
sari, dan kulit akar. Racun gosipol dapat dihilangkan dengan jalan ekstraksi
(isopropanol).
5. Mimosin
Mimosin
terutama terdapat pada daun dan biji lamtoro. Pemberian lamtoro yang banyak dan
terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan keracunan dan gangguan
kesehatan pada sapi. Pemberian lamtoro pada ternak ruminansia sebaiknya
dicampur dengan rumput atau hijauan lain. Disarankan pemberian lamtoro tidak
lebih dari 40% dari total ransum.
6. Coumarin
Coumarin
merupakan zat yang rasanya pahit dan terdapat pada tanaman, terutama bagian
daun dan batang. Salah satu tanaman pakan ternak yang mengandung coumari adalah
gliricidia (gamal). Coumarin dapat menjadi racun bila berubah menjadi hidroksi
coumarin atau dicoumarin. Efeknya pada ternak adalah darah sukar membeku
sehingga jika terjadi pendarahan dapat mengakibatkan kematian.
7. Alfatoksin
Alfatoksin
terutama terdapat pada bungkil kelapa dan singkong. Zat ini dapat menimbulkan
keracunan dan menurunkan produktivitas ternak. Keracunan alfatoksin dapat
dihindari dengan melakukan penyimpanan pakan yang baik.
8. Alkaloid
Alkaloid
merupakan karohidrat dengan sedikit unsur nitrogen. Zat ini umumnya terdapat
dalam umbi-umbian. Derajat keracunannya tergantung dari macam alkaloidnya,
konsentrasinya, dan ketahanan masing-masing jenis ternak. Keracunan alkaloid
dapat dihindarkan dengan cara memasak bahan pakan sebelum diberikan kepada
ternak.
9. Tannin
Tanin
terdapat pada hijauan pakan ternak, seperti kaliandra, sorghum, umbi, dan
kacang-kacangan. Tanin dapat menimbulkan penurunan palatabilitas dan penurunan
pencernaan protein. Kadar tanin 0,3% dalam pakan ternak sudah dapat menimbulkan
gangguan tersebut.
Nutrisi
dan Pakan Ternak Sapi - Pakan ternak adalah makanan atau asupan
yang diberikan kepada hewan ternak atau hewan peliharaan. Pakan ternak
merupakan faktor sangat penting dalam kegiatan budidaya di sektor peternakan.
Oleh karena itu, pemilihan pakan ternak secara tepat sangat menentukan
keberhasilan usaha ternak tersebut.
Pakan Ternak Sapi
Demikian halnya dengan usaha
ternak sapi, pemberian pakan ternak berkualitas sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan usaha ternak sapi tersebut. Sekalipun bibit sapi berasal dari
bibit unggul serta memiliki sifat genetis unggul, tetapi jika tidak diimbangi
dengan pemberian pakan berkualitas maupun secara tepat, maka berbagai
kelebihannya tidak akan memberikan nilai tambah secara signifikan. Pemberian
pakan ternak secara tepat dan berkualitas dapat meningkatkan potensi keunggulan
genetis sapi peliharaan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi ternak
sesuai target.
Pemberian pakan ternak sapi secara tepat dan berkualitas ini harus dilakukan secara konsisten. Jika tidak, maka akan mengakibatkan pertumbuhan sapi terganggu. Hal ini sering terjadi terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia, dimana umumnya pakan ternak sapi yang diberikan saat musim kemarau memiliki kualitas lebih rendah dibanding dengan pakan ternak sapi yang diberikan saat musim hujan. Dengan demikian, pertumbuhan sapi peliharaan akan mengalami kurva naik turun, Yaiu saat musim kemarau pertumbuhan ternak akan mengalami penurunan, sementara pada musim hujan pertumbuhan ternak akan meningkat dengan cepat, karena pakan ternak yang diberikan memenuhi persyaratan kebutuhan sapi.
Ketika musim kemarau, biasanya terjadi penurunan energi, mineral, maupun protein yang terkandung dalam pakan hijauan. Hal ini terjadi sebagai akibat tanaman hijauan selama pertumbuhannya mengalami kekurangan air. Lebih lanjut, saat musim ini seringkali terjadi kekurangan volume pemberian pakan ternak akibat kelangkaan bahan pakan berupa pakan hijauan. Sehingga pemberian pakan ternak sapi di musim kemarau seringkali tidak memenuhi syarat pemenuhan kebutuhan sapi, bahkan kualitas pakannya pun rendah. Kondisi seperti ini mengakibatkan pertumbuhan ternak sapi menjadi terhambat. Pada sapi dewasa akan mengalami penurunan berat badan secara signifikan dan prosentase karkasnya pun rendah. Selain itu, perkembangbiakan ternak sapi juga akan mengalami penurunan secara nyata pula karena terjadinya penurunan fertilitas (angka kelahiran sapi).
Oleh karena itu, selama musim kemarau, peternak sapi harus tetap memberikan pakan ternak berkualitas, serta memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan ternak sesuai syarat dan berkualitas adalah pakan ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pakan ternak tersebut bisa disediakan dalam bentuk hijauan maupun konsentrat.
Pemberian pakan ternak sapi secara tepat dan berkualitas ini harus dilakukan secara konsisten. Jika tidak, maka akan mengakibatkan pertumbuhan sapi terganggu. Hal ini sering terjadi terutama di negara-negara tropis, seperti Indonesia, dimana umumnya pakan ternak sapi yang diberikan saat musim kemarau memiliki kualitas lebih rendah dibanding dengan pakan ternak sapi yang diberikan saat musim hujan. Dengan demikian, pertumbuhan sapi peliharaan akan mengalami kurva naik turun, Yaiu saat musim kemarau pertumbuhan ternak akan mengalami penurunan, sementara pada musim hujan pertumbuhan ternak akan meningkat dengan cepat, karena pakan ternak yang diberikan memenuhi persyaratan kebutuhan sapi.
Ketika musim kemarau, biasanya terjadi penurunan energi, mineral, maupun protein yang terkandung dalam pakan hijauan. Hal ini terjadi sebagai akibat tanaman hijauan selama pertumbuhannya mengalami kekurangan air. Lebih lanjut, saat musim ini seringkali terjadi kekurangan volume pemberian pakan ternak akibat kelangkaan bahan pakan berupa pakan hijauan. Sehingga pemberian pakan ternak sapi di musim kemarau seringkali tidak memenuhi syarat pemenuhan kebutuhan sapi, bahkan kualitas pakannya pun rendah. Kondisi seperti ini mengakibatkan pertumbuhan ternak sapi menjadi terhambat. Pada sapi dewasa akan mengalami penurunan berat badan secara signifikan dan prosentase karkasnya pun rendah. Selain itu, perkembangbiakan ternak sapi juga akan mengalami penurunan secara nyata pula karena terjadinya penurunan fertilitas (angka kelahiran sapi).
Oleh karena itu, selama musim kemarau, peternak sapi harus tetap memberikan pakan ternak berkualitas, serta memenuhi syarat bagi pertumbuhan sapi. Pakan ternak sesuai syarat dan berkualitas adalah pakan ternak yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pakan ternak tersebut bisa disediakan dalam bentuk hijauan maupun konsentrat.
Kebutuhan Zat Makanan Dalam Pakan Ternak Sapi
a. Protein
Pakan ternak berkualitas harus mengandung protein dalam jumlah cukup karena protein memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan maupun perkembangan ternak sapi. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai peran dan fungsi protein pada ternak sapi.
Pakan ternak berkualitas harus mengandung protein dalam jumlah cukup karena protein memiliki peran sangat penting untuk pertumbuhan maupun perkembangan ternak sapi. Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai peran dan fungsi protein pada ternak sapi.
- Protein berfungsi memperbaiki dan menggantikan sel tubuh rusak, terutama untuk sapi tua atau lanjut usia.
- Protein berperan untuk membantu pertumbuhan atau pembentukan sel-sel tubuh, terutama untuk pedet maupun sapi muda.
- Protein berperan dalam mendukung keperluan berproduksi, terutama untuk sapi-sapi dewasa produktif.
- Protein akan diubah menjadi energi, terutama untuk sapi-sapi pekerja.
Sapi muda
fase pertumbuhan membutuhkan asupan protein lebih tinggi daripada sapi-sapi
dewasa. Protein merupakan zat yang tidak bisa dibentuk atau diproduksi dalam
tubuh, sehingga untuk mencukupi kebutuhan protein, binatang ternak harus
mendapatkan suplai protein dari makanan. Oleh karena itu, pemberian pakan
ternak harus memiliki kandungan protein dalam jumlah cukup bagi petumbuhan dan
perkembangan sapi.
Untuk memenuhi kebutuhan protein, peternak atau pembudidaya sapi harus menyertakan protein tersebut saat memberiakn pakan. Beberapa sumber protein untuk membantu menopang pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi diantaranya adalah:
Untuk memenuhi kebutuhan protein, peternak atau pembudidaya sapi harus menyertakan protein tersebut saat memberiakn pakan. Beberapa sumber protein untuk membantu menopang pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi diantaranya adalah:
- Pakan hijauan, terutama memanfaatkan tumbuhan berasal dari famili leguminosae atau kacang-kacangan, seperti Centrosema pubescens, daun turi, lamtoro, daun kacang tanah, daun kacang panjang, daun kedelai, dll.
- Makanan tambahan, terutama berfungsi sebagai makanan penguat, seperti bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, katul, tepung darah, tepung ikan, tepung daging, dll.
Perlu
diketahui bahwa, pemenuhan kebutuhan protein berasal dari protein hewani
memiliki kualitas lebih unggul dibanding dengan pemberian protein berasal dari
protein nabati. Protein hewani mengandung asam amino esensial serta nilai gizi
lebih kompleks. Bahan makanan yang memiliki kandungan protein bermutu tinggi
adalah bahan makanan berkandungan protein mendekati susunan protein tubuh,
misalnya protein hewani. Kelebihan lain dari protein hewani ialah protein
tersebut lebih mudah diproses menjadi jaringan tubuh dengan resiko kerugian
lebih kecil dibandingkan dengan protein nabati.
Kebutuhan protein pada hewan ternak ruminansia, seperti sapi, tidak begitu memerlukan kualitas protein bermutu tinggi karena di dalam rumen maupun usus banyak terjadi aktifitas penguraian oleh mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Perlu diperhatikan dalam hal ini adalah untuk membangun kembali protein yang telah terurai, maka dibutuhkan protein berkandungan asam amino lengkap. Oleh karena itu, jika sapi peliharaan terpaksa hanya diberi pakan jerami, maka untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makan yang tidak terkandung pada jerami tersebut harus diberikan melalui pakan tambahan berkandunganprotein, lemak, dan karbohidrat tinggi. Selain itu, pakan ternak berupa jerami mengandung banyak serat kasar yang tidak mudah dicerna serta hanya sedikit sekali mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.
b. Lemak
Lemak memiliki peranan penting bagi baik bagi pertumbuhan maupun perkembangan sapi, sebab lemak dapat berfungsi sebagai cadangan sumber energi bagi ternak peliharaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa fungsi lemak bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi:
Kebutuhan protein pada hewan ternak ruminansia, seperti sapi, tidak begitu memerlukan kualitas protein bermutu tinggi karena di dalam rumen maupun usus banyak terjadi aktifitas penguraian oleh mikroorganisme yang terkandung didalamnya. Perlu diperhatikan dalam hal ini adalah untuk membangun kembali protein yang telah terurai, maka dibutuhkan protein berkandungan asam amino lengkap. Oleh karena itu, jika sapi peliharaan terpaksa hanya diberi pakan jerami, maka untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makan yang tidak terkandung pada jerami tersebut harus diberikan melalui pakan tambahan berkandunganprotein, lemak, dan karbohidrat tinggi. Selain itu, pakan ternak berupa jerami mengandung banyak serat kasar yang tidak mudah dicerna serta hanya sedikit sekali mengandung protein, lemak, dan karbohidrat.
b. Lemak
Lemak memiliki peranan penting bagi baik bagi pertumbuhan maupun perkembangan sapi, sebab lemak dapat berfungsi sebagai cadangan sumber energi bagi ternak peliharaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa fungsi lemak bagi pertumbuhan dan perkembangan sapi:
- Lemak berfungsi sebagai sumber energi atau tenaga.
- Lemak berfungsi sebagai pembawa vitamin A, D, E, dan K. Vitamin-vitamin tersebut merupakan jenis vitamin larut dalam lemak.
Lemak yang
berasal dari bahan makanan dapat disimpan dalam jaringan sel-sel tubuh dalam
bentuk lemak cadangan. Namun, jika dibutuhkan, lemak juga dapat diubah menjadi
pati dan gula yang digunakan sebagai sumber energi. Tubuh ternak akan membentuk
lemak dari karbohidrat maupun lemak makan yang belum digunakan. Setiap
kelebihan lemak akan disimpan sebagai lemak cadangan terutama di bawah kulit.
Berbeda dengan domba, domba meyimpan kelebihan lemak terutama pada ekornya,
sapi memiliki tempat khusus untuk menyimpan kelebihan lemak ini terutama pada
punuknya (terletak di belakang leher). Di samping itu kelebihan lemak juga
dapat disimpan di sekitar buah pinggang, selaput penggantung usus maupun di
antara otot-otot.
Pada dasarnya, tubuh binatang tersusun atas tiga jaringan utama, yaitu tulang, otot, dan lemak. Lemak merupakan jaringan tubuh yang dibentuk paling akhir. Pada sapi peliharaan sebagai sapi potong, biasanya jaringan lemak tersebut akan menyelubungi serabut-serabut otot, sehingga otot dan daging sapi akan terasa lebih lembut. Lemak pada tubuh binatang memiliki sifat berbeda-beda, tergantung pada jenis binatang bersangkutan, kualitas nutrisi yang dikonsumsi, umur, aktivitas, serta kesehatan. Sapi yang dimanfaatkan sebagai pekerja memiliki daging lebih liat dibanding dengan sapi potong, apalagi jika mutu makan yang dikonsumsinya hanya mengandung sedikit mengandung lemak. Dalam pemberian ransum pakan ternak sapi, bahan yang banyak mengandung sumber lemak, antara lain bungkil kacang tanah, bungkil kelapa serta bungkil kacang kedelai.
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat makanan yang merupakan sumber utama energi bagi ternak, Beberapa fungsi karbohidrat antara lain:
Pada dasarnya, tubuh binatang tersusun atas tiga jaringan utama, yaitu tulang, otot, dan lemak. Lemak merupakan jaringan tubuh yang dibentuk paling akhir. Pada sapi peliharaan sebagai sapi potong, biasanya jaringan lemak tersebut akan menyelubungi serabut-serabut otot, sehingga otot dan daging sapi akan terasa lebih lembut. Lemak pada tubuh binatang memiliki sifat berbeda-beda, tergantung pada jenis binatang bersangkutan, kualitas nutrisi yang dikonsumsi, umur, aktivitas, serta kesehatan. Sapi yang dimanfaatkan sebagai pekerja memiliki daging lebih liat dibanding dengan sapi potong, apalagi jika mutu makan yang dikonsumsinya hanya mengandung sedikit mengandung lemak. Dalam pemberian ransum pakan ternak sapi, bahan yang banyak mengandung sumber lemak, antara lain bungkil kacang tanah, bungkil kelapa serta bungkil kacang kedelai.
c. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat makanan yang merupakan sumber utama energi bagi ternak, Beberapa fungsi karbohidrat antara lain:
- Karbohidrat sebagai sumber utama tenaga atau energi.
- Karbohidrat berfungsi sebagai komponen pembentukan lemak tubuh.
Setelah
dicerna, karbohidrat pada bahan makanan diserap oleh darah dalam bentuk
glukosa. Karbihidrat ini langsung dioksidasi untuk menghasilkan energi atau
disimpan sebagai cadangan lemak dalam tubuh. Komponen yang termasuk karbohidrat
antara lain serat kasar, BETN yaitu bahan makanan berkandungan gula dan pati
tinggi. Jagung merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat tinggi.
Kebutuhan karbohidrat pada ternak sapi juga bisa dipenuhi dari hijauan,
sehingga dalam pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat, ternak peliharaan bisa
mendapatkannya dengan mudah.
d. Mineral
Beberapa fungsi mineral pada sapi antara lain:
d. Mineral
Beberapa fungsi mineral pada sapi antara lain:
- Mineral berperan untuk pembentukan jaringan tulang dan urat.
- Mineral berperan untuk membantu keperluan berproduksi.
- Mineral berperan untuk membantu proses pencernaan serta penyerapan zat-zat makanan.
- Mineral yang diberikan melalui pakan berperan untuk menggantikan mineral tubuh yang hilang, dan memelihara kesehatan.
Sekalipun tidak dibutuhkan dalam jumlah besar, tetapi mineral memiliki peran sangat penting terutama bagi kelangsungan hidup ternak sapi. Mineral terdapat pada tulang maupun jaringan tubuh. Hewan ternak muda fase pertumbuhan sangat membutuhkan mineral. Demikian juga untuk pertumbuhan janin, keberadaan mineral merupakan suatu keharusan.
Unsur mineral pada umumnya banyak terdapat pada pakan ternak sapi yang diberikan. Adapun unsur mineral yang sering dibutuhkan oleh ternak antara lain natrium, khlor, kalsium, phosphor, sulfur, magnesium, kalium, seng, selenium, serta tembaga. Diantara unsur-unsur tersebut, kadang-kadang binatang ternak membutuhkan unsur mineral tertentu dalam jumlah lebih banyak dibanding unsur mineral lain. Unsur mineral yang sering dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak diantaranya adalah natrium klorida, kalsium, dan phosphor.
Pakan ternak berasal dari tanaman padi-padian biasanya banyak mengandung unsur phosphor, sementara unsur kalsium biasanya banyak terdapat pada pakan ternak berbentuk kasar. Sapi kekurangan unsur mineral biasanya menunjukkan perilaku sering makan tanah. Kekurangan unsur mineral berpotensi mengakibatkan penurunan fertilitas serta penyakit tulang. Pemberian pakan ternak sapi dapat berasal dari pakan hijauan maupun pemberian feed supplement-mineral.
e. Vitamin
Kesehatan dan kelangsungan hidup ternak bahkan pada kebanyakan mahluk hidup tidak lepas dari keberadaan vitamin di dalam tubuh. Beberapa fungsi vitamin pada ternak antara lain:
- Vitamin berperan untuk mempertahankan serta meningkatkan kekuatan tubuh.
- Vitamin berperan untuk meningkatkan kesehatan ternak terutama saat berproduksi.
Bahan-bahan
pakan ternak berasal dari hijauan biasanya mengandung banyak vitamin, sehingga
pemenuhan kebutuhan vitamin pada ternak peliharaan tidak terlalu mengalami
kesulitan. Disamping itu, kebanyakan vitamin dapat dibentuk dalam usus binatang
pemamah biak, terutama vitamin B kompleks. Kandungan vitamin pada pakan ternak
dari hijauan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti: tanah, iklim, waktu
pemotongan serta penyimpanan. Vitamin A dan E banyak terdapat pada tanaman
hijauan maupun padi-padian. Hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau
pembudidaya sapi tidak boleh menyepelekan pemenuhan kebutuhan vitamin pada sapi
peliharaan, terutama ketika musim kemarau, dimana bahan-bahan pakan hijauan
biasanya mengalami kekurangan kadar vitamin A. Oleh karena itu, saat musim
kemarau perlu ditambahkan vitamin A dalam ransum pakan ternak sapi.
Kelebihan vitamin A dapat disimpan di dalam hati. Sapi memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama enam bulan, sementara itu kambing hanya memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama tiga bulan. Sumber vitamin A bisa diperoleh dari bahan pakan ternak berupa hijauan, terutama terdapat pada bagian pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman biasanya mengandung karotin tinggi, dimana karotin tersebut akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh hewan.
Proses pembentukan vitamin dalam tubuh binatang:
Kelebihan vitamin A dapat disimpan di dalam hati. Sapi memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama enam bulan, sementara itu kambing hanya memiliki kemampuan menyimpan vitamin A selama tiga bulan. Sumber vitamin A bisa diperoleh dari bahan pakan ternak berupa hijauan, terutama terdapat pada bagian pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman biasanya mengandung karotin tinggi, dimana karotin tersebut akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh hewan.
Proses pembentukan vitamin dalam tubuh binatang:
- Vitamin A dapat dibentuk dari karotin yang banyak terdapat pada ransum pakan hijauan.
- Vitamin B dapat dibentuk sepenuhnya di dalam tubuh hewan.
- Vitamin C dibentuk sendiri oleh semua jenis hewan dewasa
- Vitamin D akan dibentuk dalam tubuh dengan bantuan sinar matahari.
f. Air
Air merupakan komponen sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Tanpa air, kemungkinan tidak akan berlangsung kehidupan. Beberapa fungsi air, khususnya pada binatang ternak antara lain:
Air merupakan komponen sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Tanpa air, kemungkinan tidak akan berlangsung kehidupan. Beberapa fungsi air, khususnya pada binatang ternak antara lain:
- Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh.
- Air berperan besar dalam membantu proses pencernaan.
- Air berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan tak berguna di dalam tubuh, baik dalam bentuk keringan, urine, maupun feses (80% air).
- Air berfungsi sebagai pelumas persendian serta membantu mata untuk dapat melihat.
Pada umumnya
komposisi tubuh hewan ternak lebih dari 50% terdiri dari air. Sebagian besar
jaringan tubuh hewan ternak mengandung air sebanyak 70-90%. Mahluk hidup yang
mengalami kekurangan air akan lebih cepat mati dari pada kekurangan pakan. Hal
tersebut membuktikan bahwa peran air sangat vital bagi kehidupan. Oleh karena
itu, peternak atau pembudidaya sapi harus betul-betul memperhatikan kebutuhan
air pada ternak sapi peliharaannya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada hewan ternak, antara lain jenis ternak, umur, ternak, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, volume pakan ternak yang diberikan, serta aktivitas yang dilakukan. Bagi sapi pekerja, kebutuhan airnya akan lebih tinggi daripada sapi potong.
Pada umumnya hewan ternak dapat mencukupi kebutuhan air dari air minum, air dalam nutrisi pakan serta air metabolik yang berasal dari glugosa, lemak dan protein. Bagi sapi pekerja dewasa, kebutuhan air minum yang harus disediakan kurang lebih 35 liter per hari, sedangkan bagi sapi dewasa lain cukup 25 liter per hari.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada hewan ternak, antara lain jenis ternak, umur, ternak, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, volume pakan ternak yang diberikan, serta aktivitas yang dilakukan. Bagi sapi pekerja, kebutuhan airnya akan lebih tinggi daripada sapi potong.
Pada umumnya hewan ternak dapat mencukupi kebutuhan air dari air minum, air dalam nutrisi pakan serta air metabolik yang berasal dari glugosa, lemak dan protein. Bagi sapi pekerja dewasa, kebutuhan air minum yang harus disediakan kurang lebih 35 liter per hari, sedangkan bagi sapi dewasa lain cukup 25 liter per hari.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anti nutrisi umumnya sebagian besar
diperoleh dari hasil metabolismesekunder tanaman. Hasil metabolisme sekunder
dibagi dua berdasarkan beramolekulnya, yaitu berat molekul kurang dari 100
dengan contoh pigmen pirol,antosin, alkohol, asam-asam alifatik, sterol,
terpen, lilin fosfatida, inositol, asamasamhidroksi aromatik, glikosida, fenol,
alkaloid, ester dan eter. Metabolismesekunder lainnya adalah yang berat
molekulnya tinggi, yaitu selulosa, pektin,gum, resin, karet, tanin dan lignin.
Tananam yang mengandung metabolitsekunder umumnya mengeluarkannya dengan cara
pencucian air hujan (daun,kulit), penguapan dari daun (contoh: kamfer) ekskresi
eksudat pada akar (contoh:alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu
sendiri (jatuh ke tanah dan membusuk).
Terjadinya
racun atau anti nutrisi secara umum berasal dari jalur metabolisglukosa maupun
asam amino. Glukosa umumnya melewati jalur glikolisisdan/atau siklus Krebs
kemudian menyimpang menuju sistem metabolismesekunder. Asam amino umumnya
melewati jalur deaminasi dan/atau siklus Krebs dan kemudian menyimpang melalui
metabolisme sekunder.
Terdapat
banyak pendapat mengenai penggolongan racun atau anti nutrisi tersebut.
Sebagian menggolongkan berdasarkan aspek botani, fisiologi, asaltanaman, efek
metabolisme dan kimiawi. Berdasarkan aspek botani, menurut penelitian paling
sedikit terdapat 20 famili golongan tanaman yang mengandung anti nutrisi
(terutama tanaman berbiji dan berbuah).
Penggolongan
anti nutrisi berdasarkan asal tanaman mempertimbangkan bahwa tanaman merupakan
pembawa anti nutrisi dan masing-masing golongan tanaman mempunyai anti nutrisi
yang khas. Beberapa tanaman mempunyai kandungan racun yang cukup tinggi pada
daun (seperti tannin pada daun singkong), batang (seperti HCN pada sorghum),
bunga (seperti saponin pada kembang sepatu), umbi (seperti solanin pada
kentang), akar (seperti curcumin pada jahe) dan biji (seperti gosipol pada biji
kapas).
B. Tujuan
dan manfaat
Adapun
tujuan dan manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai bberikut:
a)
Mahasiswa mampu dan dapat mengetahui
zat anti nitrisi Siklopropinoid
b)
Dapat menambah ilmu pengetahuan
tentang ilmu nutisi dan anti nutrisi pada HMT
c)
Bermanfaat dan berguna bagi yang
membaca dan mengaplikasikannuya dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Siklopropinoid
Siklopropinoid
adalah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam
malvalat yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak
mentah pada proses pembuatan yang kurangsempurna. Dilihat dari ciri fisik yang
dimiliki, asam siklopropinoid adalah sejenisobat bius yang mengikat organel
dalam sel yang menghasilkan energi. Asamsiklopropinoid ini berasal dari gugus
amida dengan rumus kimia C3H6.
Kapuk
sebagai komponen pembawa siklopropinoid merupakan tanamanpekarangan, pinggir-pinggir
jalan atau di galengan sawah. Bagian yang pentingdipandang dari segi ilmu
makanan ternak adalah bijinya (produk dari biji). Bijitersebut mempunyai daging
yang dapat mencapai50% yang mengandung proteinyang lebih tinggi (dibanding
dengan biji kapuk yang lengkap dengan kulit) yakni52 - 56%. Minyak yang
dikandungnya berkisar antara 22 – 25% dari bahankering. Setelah lemak
dikeluarkan, tinggal bungkilnya yang dapat dipergunakansebagai pupuk organik
ataupun sebagai pakan ternak.
Seperti halnya bungkilbungkIlanlain, bungkil
biji kapuk mempunyai protein kasar yang cukup tinggi (+28%). Dari hasil
analisis proximat di laboratorium IPB didapatkan hasilkomposisi bungkil biji
kapuk sebagai berikut, yaitu kandungan air sebesar 9,98 -11,29%, protein sebesar
26,99 - 28,66%, lemak sebesar 5,25 - 9,48%, serat kasarsebesar 23,75 - 28,76%;
bahan ekstrak tanpa N sebesar 21,10 - 22,51%, abusebesar 5,98 - 6,35%, kalsium
sebesar 0,36 - 0,42% dan fosfor : 0,58 - 0,78%.
Bungkil biji kapuk
selain mengandung zat-zat pakan yang tinggi jugamenghasilkan beberapa faktor
pembatas diantaranya zat anti nutrisi berupa asamsiklopropinoid sebesar 10 -
13% dan adanya selulosa yang dapat menurunkandaya cerna ternak. Adanya selulosa
menyebabkan palatabilitas rendah sehinggapenggunaannya sebagai bahan pakan
ternak perlu dibatasi. Tanaman kapuk danbagannya
Gambar 6.2. Tanaman Ceiba
pentandra (www.nybg.org dan
www.nybg.org)
Bungkil
biji kapuk yang mengandung siklopropinoid dapat mengganggusistem metabolisme
tubuh unggas. Mekanisme kerja yang terjadi adalah asamsiklopropinoid karena
sifatnya berefek penenang (obat bius) dapat mengubahmetabolisme lemak dimana
komposisi lemak berubah yaitu lebih banyak asamlemak yang mengandung stearat
daripada oleat, dan akhirnya asam lemak stearatini sulit terdegradasi dan
diserap oleh usus sehingga terjadi penimbunan lemak yang tinggi. Selain itu
adanya gangguan pada metabolisme pakan sehingga
penyerapan zat-zat
makanan menjadi lambat.Gejala-gejala keracunan yang terlihat pada ternak unggas
yangmengkonsumsi bungkil biji kapuk yang mengandung siklopropinoid antara
lainadalah penurunan produksi telur, penurunan efisiensi penggunaan
pakan,penurunan selera makan, penurunan bobot badan, penurunan fertilitas,
penurunandaya tetas, penurunan pertumbuhan, penurunan tekanan darah, perubahan
warnaputih telur, muntah-muntah, dilatasi dinding pembuluh darah, dan
terjadikematian.
Dengan
adanya gejala keracunan diatas sangat jelas sekali menimbulkanefek negatif yang
mempengaruhi ternak tersebut. Oleh karena itu, carapencegahan yang dapat
dilakukan dalam mengatasi masalah keracunan diatasadalah apabila sebelum
digunakan, dinetralkan terlebih dahulu dengan berbagaicara misalnya dengan
proses sulfitasi yaitu dengan cara mengalirkan sulfurdioksida terhadap minyak stercula
faebida (pada minyak biji kapuk) yang mengandung asam sterculat yang dapat
merusak cincin siklopropena dan merusakreaktifitas halpen atau memberikan
reaksi negatif terhadap uji Halpen dari minyaksecara total. Jadi apabila
bungkil biji kapuk tersebut digunakan sebagai pakanternak maka siklopropinoid
sudah bersifat netral dan sudah tidak berbahaya bagiternak.
Dinyatakan
oleh Jahi (1974) bahwa penambahan bungkil biji kapuksebanyak 2% dalam ransum
basal yang terdiri dari jagung kuning 37%, dedakhalus 25%, kacang hijau 5%,
kacang kedele 6%, kacang merah 5%, bungkilkacang tanah 8%, ikan teri 10%,
campuran mineral 4% dapat memperbaikipertumbuhan anak-anak ayam. Sedangkan
untuk fase grower dan finisher karena
kondisi tubuh dan alat
pencernaan sudah berkembang dengan baik maka ayamdapat menerima ransum yang
mengandung 10 - 15% bungkil biji kapuk. Ayambroiler menurut hasil yang diteliti
oleh Gunawan (1981) menyatakan bahwapemberian bungkil biji kapuk 5% dalam
ransum pada ayam umur satu minggutidak menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap pertumbuhan dan banyaknyaransum pada anak-anak ayam dapat diberikan
antara 2 - 5% bungkil biji kapuk
B. Korinetoksin
Keracunan
ryegrass (annual ryegrass toxicity/ARGT) adalah penyakitpada
ternak yang disebabkan oleh kelompok glikolipid sangat beracun yangdinamakan
korinetoksin. Korinetoksin diidenfikasikan sebagai glikolipid yangmengandung
gula-gula amino dengan residu asam lemak 3-hidroksi C-17.Senyawa tersebut
dihasilkan dalam kepala biji ryegrass yang diinfeksi dengan
kombinasi nematoda dan
bakteri. KKorinetoksin mempengaruhi sistem syaraf dan efek tersebut menjadi
jelasketika ternak stress ataupun bergairah. Tanda-tanada terlihat sesegera
setelah duahari atau paling lambat 12 minggu setelah ternak mengkonsumsi pastura
yangterdapat ryegrass beracun.
Gambar 6.4. Tanaman Ryegrass
(www.viarural.com.ar
dan
www.extension.umn.edu)
Aktivitas
biologis korinetoksin sebenarnya identik dan berhubungan dekatdengan antibiotik
tumikanisin. Kedua senyawa tersebut sangat menghambaUDP-N-asetilglukosamin
(dilikolfosfat N-asetilglukosamin fosfat transferasesebuah enzim
esensial untuk N-glikosilasi yang terikat lemak pada glikoprotein.
Oleh
karena itu, keracunan ryegrass menyebabkan menihilkan atau
mengurangiaktivitas N-glikosilat glikoprotein.Beberapa aspek keracunan
korinetoksin mirip gangguan pada sistem
retikuloendotelial.
Fungsi ini ditentukan sebagian besar oleh level darah pada
Nhlikosilatglikoprotein yaitu fibronektin, sebuah protein opsonik
yangmenyumbang secara mudah bakteri pada fagositosis.
Keracunan
dengan korinetoksin atau tunikamisin lainnya mengurangi level serum fibronektin
danfungsi retikuloendotelial dalam cara dosis yang berhubungan.Serangan ryegrass
yang mengakibatkan produksi racun meliputi hubungan unik antara rumput,
nematoda dan bakteri. Nematoda Anguina agrostismenyerang ryegrass sewaktu
masih pendek setelah perkecambahan. Larvanematoda merayap ke tanaman dan
berkembang di ujung. Larva tersebut tetappasif sampai ketika rumput mulai
berbunga, larva bersembunyi ke dalam bungayang sedang berkembang dimana larva
berkembang menjadi cacing nematoda.Bunga tidak dapat membentuk biji karena biji
diganti dengan “gall” atau semacam kantong empedu dimana nematoda dewasa
bertelur dan telur tersebut diletakkandi tempat tersebut sampai menjadi larva.
Nematoda
tersebut tidak aktif sampaimusim berikutnya ketika telur tetas jatuh di tanah
dan mulai untuk mengalamisiklus seperti sebelumnya. Nematoda bukan binatang
beracun, tetapi jiknematoda membawa bakteri Corynebacterium rathayi,
biji “gall” akanmenghasilkan racun. Bakteri tersebut menghasilkan
kotoran berwarna kuninpada kepala biji. Kotoran tersebut dapat terlihat sebagai
sesuatu yang kekuninganpada padang ryegrass. Pada pemeriksaan yang
dekat, kotoran tersebut terlihatsebagai massa lumpur kekuningan berkilauan yang
lengket pada kepala biji.Jika ternak tidak diperiksa secara teratur, tanda
pertama terkena seranganyang terlihat kemungkinan adalah banyaknya mortalitas.
Tanda-tanda yangnampak apabila diperiksa secara dekat adalah gaya berjalan
dengan langkahmengarah ke ketinggian, dengan kepala mendongak ke atas,
kehilangankoordinasi kaki belakang, kolaps, sawan dan kejang.
C. Fitat
Biji-bijian
tumbuhan banyak mengandung asam fitat, yaitu suatu senyawaorganik yang terdiri
enam senyawa fosfat. Fosfat ini tidak tersedia secara luaspada ternak non
ruminansia. Pada ternak ruminansia, bakteri fitase membebaskanikatan fosfat.
Asam fitat dapat membentuk chelate dengan bermacam-macammineral dan
memproduksi fitat.
Elemen-elemen
yang terdapat dalam bahan pakan seperti tembaga,mangan, besi, kalsium
danmagnesium dapat diikat dalam bentuk fitat dan dapatmembuat nutrisi tidak
tersedia. Pada suatu percobaan dengan menggunakan fitatmenyebabkan saluran
pencernaan tidak memiliki efek yang cukup besar padapenyerapan kalsium dan asam
besi. Fitat memiliki peranan yang cukup pentingdalam penekanan proses oksidatif
besi dalam kapasitas sedang.
Total
fosfor pada padi masak sekitar 60 – 80% diikat sebagai asam fitat,sedangkan 50
– 60% fosfor dalam tepung kedelai adalah sebagai asam fitat.Asam fitat ini
tidak dapat dirusak dengan cepat melalui pemanasan atau dengancara merendamnya,
akan tetapi cara fermentasi dapat membebaskan fosfat dariasam fitat.
Asam
fitat merupakan salah satu unsur mineral. Dimana asam fitat inidapat mengganggu
dalam proses absorpsi kalsium oleh pembentukan senyawakalsium yang tidak larut.
Jika dilihat dari segi nutrisi dapat diketahui bahwakalsium dan besi adalah
unsur mineral yang paling penting. Jika dalam tubuh,kurang kurang lebih 4% dari
berat badan adalah unsur-unsur dari mineral. Kurang
dari
setengah kalsium yang di konsumsi terabsorpsi di usus, sedangkan sisanyahanya
sekedar melewati saluran pencernaan yang kemudian keluar dari tubuhbersama
tinja. Ada beberapa faktor yang menentukan jumlah sesungguhnya darikalsium yang
diabsorpsi. Faktor yang paling penting adalah vitamin D, karenavitamin D
tersebut membantu dalam proses absorpsi.
Asam
fitat terkandung dalam bekatul, gandum dan terutama terkandungdalam tepung
gandum pecah kulit. Dalam usus, asam fitat bereaksi dengankalsium dan membentuk
senyawa kalsium yang tidak dapat dimanfaatkan olehtubuh. Akan tetapi, asam
fitat ini dapat dibongkar oleh enzim fitase. Enzim iniditemukan dalam khamir
dan aktif selama fermentasi adonan roti. Oleh karenaitu tepung gandum pecah
kulit yang telah menjadi tawar akan kurang mengganggu
terhadap absorpsi
kalsium dibanding dengan makan tepung yang berasal daritepung gandum pecah
kulit tanpa fermentasi.Ransum yang berasal dari biji-bijian dan sumber-sumber
protein padaumumnya akan dapat defisien terhadap fosfor untuk kepentingan
seluruh kondisifisiologis dalam hidupnya, kecuali bila ditambah dengan bahan
makanan yang mengandung fosfor. Sehubungan dengan hal tersebut, kira-kira kurang
lebihfosfor dalam serealia atau protein dari beberapa sayuran adalah dalam
bentukgaram-garam fitat atau asam fitat. Ternak hanya dapat menggunakan
sebagiandari bentuk fosfor ini. Fosfor banyak dibutuhkan dalam proses
metabolisme.Fosfor turut mengambil bagian pada hampir semua proses yang ada
sangkut pautnya dengan energi dalam sel yang hidup. Daya guna fosfor dari
tanaman diperkirakan 20% sampai dengan mendekati 100%. Tanaman yang
mengandungfitat cukup tinggi, daya guna fosfor tersebut diperkirakan sekitar
46% ataukurang.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi tersedianya fosfor untuk ternak adalahdalam bentuk ransum yang
diberikan, struktur kimia dari fosfor, perbandingan Cadan P, umur, jenis
kelamin, lemak dan tingkat energi, tingkat perbandingan makanan, lingkungan,
hormon-hormon, penyakit, tingkat mikro elemen, interaksiantara mineral atau
dengan zat makan lainnya, bentuk fisik dari pada sumberfosfor, prosesing dan
lain-lai
D. Oksalat
Oksalat banyak terdapat
Siklopropinoid adalah jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam
sterculat dan asam malvalat yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat
1 - 2% dari minyak mentah pada proses pembuatan yang kurangsempurna
Keracunan
ryegrass (annual ryegrass toxicity/ARGT) adalah penyakitpada
ternak yang disebabkan oleh kelompok glikolipid sangat beracun yangdinamakan
korinetoksin. Korinetoksin diidenfikasikan sebagai glikolipid yangmengandung
gula-gula amino dengan residu asam lemak 3-hidroksi C-17.Senyawa tersebut
dihasilkan dalam kepala biji ryegrass yang diinfeksi dengan
kombinasi nematoda dan
,
keracunan ryegrass menyebabkan menihilkan atau mengurangiaktivitas N-glikosilat
glikoprotein.Beberapa aspek keracunan korinetoksin mirip gangguan pada sistem
retikuloendotelial.
Oksalat banyak terdapat
pada hijauan pastura.
Hanya sedikit tanamanyang jumlah kandungan sodium dan potassium oksalat cukup
untuk menjaditoksik. Lagipula ruminan yang mengkonsumsi tanaman tersebut
berkembangjumlah tingkat toleransinya terhadap oksalat. Oksalat hasil
degradasimikroorganisme anaerob sudah diisolasi dari kultur murni pada
bakterirumen.Organisme ini yang bernama Oxalobacter formigens yang
menggunakan oksalat
sebagai sumber energi
satu-satunya dan memproduksi karbon dioksida dan formatsebagai hasil akhir.
Kemampuan ini sangat jarang diantara bakteri anaerobik danlagipula organisme
ini menempati tempat unik dalam mikroflora rumen.Kemampuan ruminan untuk
beradaptasi danmenoleransi pakan dengan oksalat
Oksalat dijumpai di
tanaman dalam dua bentuk besar. Beberapa tanaman,seperti soursob mempunyai
getah sel dengan pH sekitar 2 dan keberadaan oksalatadalah sebagai garam asam
oksalat (H2CO-) seperti potassium
oksalat. Tanamanlainnya seperti halogeton mempunyai getah sel dengan pH sekitar
6 dankeberadaan oksalat sebagai sodium mudah larut, kalsium tidak larut
danmagnesium oksalat. Dalam bentuk garam asam oksalat, keracunan akut dankronik
dapat terjadi, sedangkan pada tanaman halogeton saja, hanya keracunan akut .
Halogeton
adalah tanaman herba tahunan yang berasal dari dari tanahalkalin arid di Rusia.
Tanaman tersebut secara tidak teratur diintrodusir diAmerika Serikat sebagai
bagian pencemaran produk pertanian dan pertamadikoleksi dan diidentifikasi pada
tahun 1934 di Nevada. Sejak saat itu, tanamantersebut menyebar luas lebih dari
10 juta hektar di tanah bagian barat khususnya di Nevada, Utah dan Idaho.
Kematian domba akibat konsumsi halogeton
diperkirakan mulai tahun
1930-an, dan pada tahun 1942 beberapa kematiandomba di Nevada berdasarkan
penelitian diakibatkan oleh keracunan halogeton.Sejumlah kasus didokumentasikan
dimana 500 - 1500 domba mati dalam satuwaktu ketika digembalakan melewati area
yang terinfeksi halogeton. Sejak saatitu, kematian tinggal sedikit, karena
meningkatnya perhatian pada keracunantanaman pada domba dan karena penurunan
industri peternakan dengan menggunakan sistem gembala domba di bagian barat
yang mengakibatkan resikoterkena menjadi lebih sedikit.
Ciri
keracunan oksalat adalah ternak sulit bernafas, terjadi depresi, sakit,koma dan
kemudian mati. Pada ternak yang terkena atau mati karena oksalat,gejala yang
menyolok adalah terjadi kekejangan pada tubuh ternak yangkemudian diiringi oleh
kematian. Untuk menanggulangi agar ternak tidakmengalami gangguan yang
ditimbulkan oleh ternak yang terkena oksalat yaitu ternak harus cepat-cepat
dipisah.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari
pembahasan di atas adalah sebagai berikut:
a) Siklopropinoid adalah jaringan asam lemak tak
jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam malvalat yang terbentuk dalam
minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak mentah pada proses pembuatan
yang kurangsempurna.
b) Keracunan ryegrass (annual ryegrass
toxicity/ARGT) adalah penyakitpada ternak yang disebabkan oleh kelompok
glikolipid sangat beracun yangdinamakan korinetoksin. Korinetoksin
diidenfikasikan sebagai glikolipid yangmengandung gula-gula amino dengan residu
asam lemak 3-hidroksi C-17
c) Oksalat banyak terdapat Siklopropinoid adalah
jaringan asam lemak tak jenuh yang terdiri atasasam sterculat dan asam malvalat
yang terbentuk dalam minyak biji kapuk padatingkat 1 - 2% dari minyak mentah
pada proses pembuatan
d) Ciri keracunan oksalat adalah ternak sulit
bernafas, terjadi depresi, sakit,koma dan kemudian mati. Pada ternak yang
terkena atau mati karena oksalat,gejala yang menyolok adalah terjadi kekejangan
pada tubuh ternak yangkemudian diiringi oleh kematian. Untuk menanggulangi agar
ternak tidakmengalami gangguan yang ditimbulkan oleh ternak yang terkena
oksalat yaitu ternak harus cepat-cepat dipisah.
B.
Kritik dan saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dengan kata
sempurna. Akan tetapi bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan
yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada
suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi
pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Makkar,
H.P.S., 1994. Anti Nutritional Factors in Food Livestock. In Occasional
Publication. British Society of Animal Production.
Marita,
1988. Penentuan Daya Ikat Fero Sulfat terhadap Sianida secara Biologis. Karya
Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hails, Michael R. Comp, 1994. Plant
Poisoning in Animals: A Bibliography fromthe World Literature: no.3
1983-1992. Wallingford, U.K.: CAB International.
Hakomori,
S., 1983. Handbook of Lipid Research Vol. 3, (J. N. Kanfer and
S.Hakomori, eds.), Vol. 3, pp 1-165. Plenum Press, New York and London pp
1-165.
Hall,
Jeffery O., William B. Buck, and Loise-M. Côté, 1995. Natural Poisons
inHorses. Second edition. Urbana, IL: National Poison Control Center; University
of Illinois.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar