LAPORAN PRAKTIKUM
Formulasi Pakan
Identifikasi Bahan Pakan Sapi Perah
Disusun oleh
Mia
Audina Margaretha Br Limbong
NIM.
C31132223
DIPLOMA III
AGRIBISNIS SAPI PERAH
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK
DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN PERTANIAN CIANJUR JOINT PROGRAM
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016
PRAKTIKUM FORMULASI
PAKAN
A. Hari & tanggal : Kamis, 3 Maret 2016
B.
Tujuan praktikum : Untuk mengenal bahan pakan ternak sapi perah
Untuk menganalisis kualitas pakan dengan uji
organoleptic
C.
Prosedur
1. Siapkan
bahan pakan yang akan diidentifikasi
2. Amati
warna masing-masing bahan pakan
3. Rasakan
tekstur dan bentuk dari masing-masing bahan pakan
4. Cium
aroma masing-masing bahan pakan
5. Catat
hasil pengamatan dan uji organoleptik pada tabel yang telah disediakan
D.
Tabel hasil
praktikum identifikasi bahan pakan secara ornagoleptik
No
|
Bahan
Pakan
|
Organoleptik
|
|||
Warna
|
Bau
|
Tekstur
|
Bentuk
|
||
1
|
Menir
|
Putih pucat
|
Khas beras
|
Kasar
|
Butiran
|
2
|
Jagung giling
|
Orange
|
Khas jagung
|
Kasar
|
Butiran
|
3
|
Bungkil kedelai
|
Coklat muda
|
Apek dan sedikit gurih
|
Halus
|
Serbuk
|
4
|
Bekatul
|
Krim
|
Sedikit tengik
|
Halus
|
Serbuk
|
5
|
Polard
|
Coklat muda
|
Khas gandum
|
Halus
|
Serbuk
|
6
|
Dedak padi
|
Krim
|
Khas dedak
|
Halus
|
Serbuk
|
7
|
Copra
|
Coklat tua
|
Sedikit tengik, bau minyak
|
Halus
|
serbuk
|
8
|
Lamtoro
|
Hijau
|
Khas petai
|
Batang kasar, daun halus
|
Daun berbentuk oval
|
9
|
Glirisida
|
Hijau
|
Khas glirisida
|
Halus
|
Daun menyirip
|
10
|
Rumput gajah
|
Hijau
|
Khas rumput
|
Kasar
|
Daun memanjang
|
11
|
Pohon jagung
|
Hijau
|
Khas jagung
|
Kasar, pangkal daun berbulu
|
Daun memanjang
|
Gambar bahan pakan
|
|
|
|
|
|
Rumput
gajah
|
Lamtoro
|
Pohon
jagung
|
Glirisida
|
Menir
|
Jagung
giling
|
|
|
|
|
|
|
Bungkil
kedelai
|
Polard
|
Bekatul
|
Dedak
|
Copra
|
E. Tinjauan
pustaka
Pengujian
organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan.
Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran
atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang
diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga
berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan. Indra yang digunakan dalam menilai sifat indrawi
suatu produk adalah :
1. Penglihatan
yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran dan bentuk, volume
kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta bentuk bahan.
2. Indra
peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi. Struktur
merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan sensasi tekanan yang
dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan
tebal, tipis dan halus.
3. Indra
pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk tersebut
telah mengalami kerusakan.
4. Indra
pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan mudah
dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam
pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang lidah. Penentu bahan
makanan pada umumnya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
warna, rasa, tekstur, viskositas dan nilai gizi.
F. Pembahasan
dan pengamatan
1. Rumput
Gajah (Pennisetum purpureum)
Dari tabel hasil
identifikasi bahan pakan diatas dapat dilihat rumput gajah memiliki warna hijau
tua, tekstur daun yang kasar dan batang keras, bentuk daun memanjang, serta bau
yang masih khas rumput. Warna dari rumput gajah menunjukan rumput gajah yang
telah sesuai untuk dipanen, dan bau khas rumput menunjukan rumput yang masih
segar dan meningkatkan palatabilitas rumput.
Menurut (Hartadi,dkk, 1997), Rumput
gajah umumnya mengandung Bahan Kering yang rendah yaitu 12-18%, tetapi
kandungan BK ini dengan cepat meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman.
Kandungan serat kasar berkisar dari 26.0-40.5%,Beta-N sekitar 30.4 - 49.6% dengan kandungan lemak kasar 1.0-3.6%.
Kandungan Phosphornya cukup tinggi yaitu 0.28-0.39% dan pada batang 0.38-0.52%.
Sedangkan Ca masing-masing 0.43-048% dan 0.14-0.23% pada daun dan batang.
Kandungan TDN berkisar dari 40-67% dengan kecernaan Bahan Kering sekitar
48-71%.
2.
Daun gamal (Gliciridia Sepium)
Daun gamal
merupakan golongan leguminose . Daun gamal berdasarkan tabel pengamatan
memiliki warna hijau, bau khas glirisida, daun bertekstur halus serta daun
menyirip.
Menurut
(Anggorodi. R, 1979) Palatabilitas daun gamal merupakan masalah karena adanya
kandungan antinutrisi flavano 1 – 3.5% dan total phenol sekitar 3-5%
berdasarkan BK. Ruminansia yang tidak bisa mengkonsumsi daun gamal umumnya bila
tidak dicampurkan pada ransum. Dalam pemberiannya sebaiknya dilayukan dulu.
Kecernaan BK daun gamal adalah 48-77%.
3.
Pohon Jagung(Zea Mays)
Pohon jagung adalah sumber energ bagi
ternak. Berdasarkan tabel pengamatan memiliki warna hijau tua, tekstur daun
kasar pangkal daun berbulu dan daun memanjang, serta memiliki bau khas jagung.
Ini menunjukan bahan pakan masih segar dan memiliki palatabilitas yang baik
untuk ternak dan tidak terjadi kerusakan pada pohon jagung.
Kandungan TDN
yang tinggi (81.9%) adalah karena : jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa
nitrogen (Beta-N) yang hamper semuanya pati, jagung mengandung lemak yang
tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat, jagung mengandung sangat rendah
serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna. Kandungan protein jagung rendah dan
defisiensi asam amino lisin (Prosea, 1992)
4. Lamtoro/Petai
cina(Leucana Leucocephala)
Petai cina adalah hijauan golongan
leguminosa yang sering diberikan kepada ternak.
Berdasarkan tabel pengamatan pratikum petai cina memilki warna daun
hijau muda, tekstur daun halus dengan batang keras, bau yang khas petai dan
daun berbentuk oval. Warna, tekstur, bau yang masih segar menunjukan bahan
pakan ini berkualitas baik untuk diberikan kepada ternak.
Lamtoro mempunyai kandungan protein
kasar berkisar antara 14 – 19%,sedangkan kandungan serat kasarnya umumnya
berfluktuasi dari 33 hingga 66%, dengan kandungan Beta-N berkisar antara 35 –
44%. Daun lamtoro umumnya defisien asam amino yang mengandung sulfur. Kandungan
vitamin A dan C biasanya tinggi.
5.
Dedak Padi
Dedak padi
adalah sisa dari pengolahan padi menjadi beras. Dedak padi dari tabel
pengamatan pratikum memilki warna krim, tekstur halus, bau khas dedak dan
berbentuk serbuk. Warna, tekstur, bau dan rasa menunjukan tidak adanya
kerusakan bahan pakan. Bahan pakan dapat diberikan pada ternak.
Hartadi et al. (1990)
menambahkan Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein
rata-rata dalam bahan kering adalah 12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%.
Dedak padi menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan dengan
jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tingi dalam niasin.
6. Jagung
giling
Jagung
giling/Biji jagung adalah bahan pakan sumber energy dan protein untuk ternak. Berdasarkan
tabel pengamatan pratikum biji jagung yang telah digiling memiliki warna
orange, tekstur kasar, bau khas jagung, dan berbentuk butiran. Warna, tekstur,
bau dan rasa biji jagung menunjukan kualitas bahan pakan masih baik, belum
terdapat jamur ataupun mikroorganisme yang mempengaruhi fisik biji jagung
Martawijaya
(2004), menambahkan bahwa Biji jagung mengandung energi dan protein tinggi,
tetapi daya lekatnya rendah dan memiliki kandungan protein 8-9%, lemak 3-4%,
asam amino 90-95%, dan energi metabolisme sebesar 3.394 kkal/kg.
7.
Bungkil
kedelai
Bungkil kedelai merupakan bahan pakan sumber protein untuk
ternak. Dari hasil pengamatan praktikum bungkil kedelai memiliki warna coklat
muda, bau apek dan sedikit gurih, memiliki tekstur halus dan berbentuk serbuk.
Sepertinya bungkil kedelai tersebut sudah disimpan lama sehingga kandungan
nutrisinya sudah berkurang.
Bungkil kedelai
merupakan bahan makanan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak,
meskipun bungkil kedelai tersebut sudah diambil minyaknya tetapi masih
menyimpan protein nabati sebesar kurang lebih 40% (Rasyaf, 2001).
8. Pollard
Pollard merupakan bahan pakan limbah dari
penggilingan gandum menjadi terigu. Tabel pengamatan pratikum menunjukan
pollard memilki warna coklat muda, tekstur halus, bau khas gandum, dan bentuk
serbuk. Hal ini memperlihatkan bahan pakan masih berkualitas baik untuk
digunakan kepada ternak.
Martawijaya (2004) menambahkan
Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada
kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan
phospor (P)feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung
1.29% P, tetapi hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam
bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi
kaya akan niacin dan thiamin.
9.
Bekatul
Bekatul adalah
bahan pakan limbah dari penggilingan padi menjadi beras, memiliki protein yang
lebih tinggi dari dedak dan teksturnya juga lebih halus. Tabel pratikum
menunjukan bekatul memiliki warna krim, bau sedikit tengik, tekstur halus, bau
khas kulit padi dan berbentuk serbuk. Susunan zat makanannya
sebagai berikut : 15 % air; 14,5 % protein; 48,7 % BETN; 7,4 % serat kasar; 7,4
% lemak dan 7% abu, kadar protein dapat dicerna 10,8 %dan MP 70 % (Rasyaf, 1997).
10.
Menir
Menir merupakan
limbah dari pengolahan padi menjadi beras. Menir masih sering di gunakan
sebagai bahan pakan untuk ternak unggas. Tabel pengamatan pratikum menunjukan
menir memilki warna putih pucat, tekstur kasar, bau khas padi dan berbentuk
butiran. Pengmatan ini menunjukan bahwa bahan pakan masih berkualitas baik. Ichwan (2003) menyatakan Menir
memilki kandungan PK 7,31% , lemak 1,70% , SK 4,07%, dan BetaN 72,87%.
Menir merupakan salah
satu hasil samping proses penggilingan beras selain sekam dan bekatul.
Penampakan menir seperti halnya beras patah, namun menir berukuran lebih kecil
dari 0,2 bagian beras utuh (Kadarisman, 1986).
11.
Kopra
Kopra adalah limbah asal pengolahan
minyak yang banyak digunakan sebagai
bahan pakan ternak. Kopra berdasarkan tabel pengamatan pratikum memilki warna coklat
tua, tektur halus, bau sedikit tengik
dan berbau minyak serta berbentuk serbuk. Pengamatan tersebut menunjukan bahan
telah mengalami oksidasi lemak sehingga berbau tengik.
Hartadi et
al. (1990) menambahkan bahwa kandungan kopra yaitu BK 86%, abu 6,4%, SK
14,4%, BETN 41,8% dan PK 21%. Rasyaf (1997) yang menyatakan bahwa kopra mengandung protein sekitar 18%-26%, energi
metabolismenya lebih dari 1600 kkal/kg.
G.
Kesimpulan
Dengan
cara identifikasi organoleptik dapat kita ketahui :
·
Dengan uji organoleptic kita dapat
mengetahui kualitas bahan pahan dengan mudah dan sederhana
·
Dari identifikasi organoleptic diatas
kita dapat membedakan/mengetahui jenis bahan pakan
·
Pengujian bahan pakan secara
organoleptic menggunakan panca indera yaitu melihat, mencium, meraba dan
merasakan
·
Bahan pakan yang terlalu lama disimpan
maupun karena penyimpanan yang kurang baik dapat merusak kualitas bahan pakan
Daftar Pustaka
Prosea. 1992. Plant Resources of South-East
Asia 4, Forages. Prosea
Foundation, Bogor.
Hartadi, S., S. Reksodihadiprodjo, A.D.
Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia, UGM Press,
Yogyakarta.
Anggorodi. R. 1979. Ilmu
Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar