BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka meningkat pula
kebutuhan akan pangan. Selain karbohidrat yang didapat dari hasil – hasil
pertanian, untuk pertumbuhan manusia juga membutuhkan protein hewani yang
didapat dari sektor peternakan. Alhasil peternakan mulai berkembang dan tumbuh
dari waktu kewaktu. Secara Nasional menurut Badan Pusat Statistika (BPS)
Populasi sapi perah di indonesia pada tahun 2009 sampai tahun 2015 terus
mengalami peningkatan yang signifikan.
Tabel
1.1 Data Populasi Sapi Perah Dari Tahun Ke Tahun
Populasi Sapi Perah (Ekor)
|
||||||
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
474.701
|
488.448
|
597.213
|
611.940
|
444.266
|
502.516
|
525.171
|
Sumber : Badan Pusat
Statistika
Limbah
ternak sebagai faktor negatif dari usaha peternakan adalah fenomena yang tidak
dapat dihilangkan dengan mudah. Selain memperoleh keuntungan dalam hal bisnis,
usaha peternakan juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan
masyarakat. Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan
mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Beberapa gas
yang dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonium, hydrogen sulfida, CO2
dan CH4. Gas - gas tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House
Gas) juga menimbulkan bau tak sedap dan
mengganggu kesehatan manusia. Pada tanah, limbah ternak dapat melemahkan daya
dukung tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air, mikroorganisme
patogenik (penyebab penyakit) yang
berasal dari limbah ternak akan mencemari lingkungan perairan. Salah satu yang sering ditemukan
yaitu bakteri Salmonella sp (Rachmawati, 2000) . Eksternalitas negatif yang
timbul dari pengembangan peternakan sapi perah bersumber dari kotoran sapi
perah yang dapat mengeluarkan gas methan bahan pencemar udara, kotoran ternak
sebagai sumber mikroorganisme yang mengganggu kesehatan lingkungan dan bau yang
dapat mengganggu kenyamanan manusia
(Harlia et al) Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
oleh peternak Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No.237 tahun 1991 dan SK
Menteri Pertanian No. 752 tahun 1994
yang menyatakan bahwa usaha peternakan dengan populasi tertentu perlu
dilengkapi dengan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Untuk usaha
peternakan sapi dengan jumlah ternak lebih dari 20 ekor maka harus melakukan
evaluasi terhadap dampak lingkungan.
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Mahasiswa
diharapkan mampu mengidentifikasi jenis-jenis limbah peternakan
1.2.2 Mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui karakteristik jenis-jenis limbah peternakan
1.2.3 Mahasiswa
diharapkan dapat melakukan penanganan jenis-jenis limbah peternakan
1.2.4 Mahasiswa
diharapkan dapat mendisain kontruksi saluran drainase limbah serta
pengolahannya
1.3 Manfaat Praktikum
1.3.1
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
jenis-jenis limbah peternakan
1.3.2
Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik
jenis-jenis limbah peternakan
1.3.3
Mahasiswa dapat melakukan penanganan
jenis-jenis limbah peternakan
1.3.4
Mahasiswa dapat mendisain kontruksi saluran drainase
limbah serta pengolahannya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah
Agar
pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan benar dan memberikan kontribusi
terhadap nilai tambah pendapatan, siapapun harus memahami terlebih dahulu
pengertian dasar dan batasan limbah itu sendiri. Ada 4 pengertian pokok dari
limbah, yaitu:
1
Limbah merupakan bahan buangan sisa dari
suatu proses atau kegiatan, artinya sebelumnya merupakan bagian dari bahan yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan.
2
Limbah merupakan hasil dari suatu proses
atau kegiatan, artinya tidak mungkin dihasilkan limbah tanpa adanya proses atau
kegiatan tersebut.
3
Limbah merupakan bahan yang sudah tidak
digunakan lagi dalam proses atau kegiatan tersebut, artinya apabila diinginkan
untuk digunakan lagi maka harus diperbaiki atau digunakan untuk proses/kegiatan
jenis lain yang membutuhkan.
4
Limbah merupakan bahan yang tidak
memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya, artinya apabila bahan tersebut
digunakan lagi untuk proses/kegiatan yang serupa tidak akan memberikan
keuntungan.
Berdasarkan
4 pokok pengertian dasar di atas maka limbah dapat didefinisikan sebagai bahan
buangan yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan manusia, tidak
digunakan lagi pada proses atau kegiatan tersebut dan tidak memiliki atau
sedikit sekali nilai ekonominya. Dari definisi itu dapat dijelaskan batasan
limbah peternakan dan limbah ternak, yaitu sebagai berikut: Limbah peternakan
adalah bahan buangan yang dihasilkan dari sisa semua kegiatan yang dilakukan
dalam usaha peternakan. Sedangkan limbah ternak adalah bahan buangan yang
dihasilkan dari sisa kegiatan metabolisme ternak, yang terdiri atas feses,
urin, keringat dan sisa metabolisme yang lain (Bambang, 2008).
2.2 Identifikasi Jenis-Jenis Limbah Peternakan
Total limbah yang
dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha
dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan
limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan
oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap
kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat
(feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing,
2000).
Limbah
ternak sebagai faktor negatif dari usaha peternakan adalah fenomena yang tidak dapat dihilangkan dengan
mudah. Limbah yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa diolah akan
mengkontaminasi udara, air dan tanah sehingga menyebabkan polusi. Menurut
Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun
sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau
dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari
pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau
dalam fase cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat).
Sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Beberapa
gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara lain ammonium, hydrogen sulfida, CO2 dan CH4.
Gas - gas tersebut selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House Gas) juga menimbulkan bau tak sedap dan mengganggu
kesehatan manusia. Gas metan (CH4) berasal dari
proses pencernaan ternak ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang
bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 %
per tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit pakan
atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang
diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah,
semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk., 2002). Pada tanah, limbah
ternak dapat melemahkan daya dukung
tanah sehingga menyebabkan polusi tanah. Sedangkan pada air, mikroorganisme
patogenik (penyebab penyakit) yang
berasal dari limbah ternak akan
mencemari lingkungan perairan. Salah
satu yang sering ditemukan yaitu bakteri
Salmonella sp (Rachmawati, 2000).
2.3 Karakteristik Limbah Peternakan
2.4 Penanganan Limbah Peternakan
Dengan penggunaan
sumberdaya alam yang efektif dan efisien, maka diharapkan mampu untuk
mengurangi dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan peternakan serta
memberikan berbagai keuntungan yang lebih bagi peternak. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bapedal (1998) yang menyatakan: Strategi produksi bersih yang telah
diterapkan di berbagai negara menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam
mengatasi dampak lingkungan dan juga memberikan beberapa keuntungan antara
lain: a). Penggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien; b).
Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar; c). Mencegah berpindahnya
pencemaran dari satu media ke media yang lain; d). Mengurangi terjadinya risiko
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan; e). Mengurangi biaya penaatan hukum;
f). Terhindar dari biaya pembersihan ling kungan (clean up); g). Produk yang
dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional; h). Pendekatan pengaturan
yang bersifat fleksibel dan sukarela.
Limbah peternakan dapat dimanfaatkan
untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable)
selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang
potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan)
seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral,
mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik,
energi dan media pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).
Kotoran
ternak dapat juga dicampur dengan bahan organik lain untuk mempercepat proses
pengomposan serta untuk meningkatkan kualitas kompos tersebut. selain sebagai
pupuk organik, limbah peternakan berupa urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik cair karena kandungan zat hara pada urine sapi, terutama kandungan
nitrogen, fosfor, kalium, dan air lebih banyak Murniyati dan Safriani (2012).
Selain sebagai pupuk cair, urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
pembasmi hama pada tanaman. Menurut Marlina (2012) menyatakan bahwa sampai saat
ini hanya urine sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida. Urine sapi
dapat dimanfaatkan sebagai pestisida ramah lingkungan karena mengandung unsur
yang mampu mengusir dan membunuh hama yang menyerang pada tanaman.
Selain sebagai
pupuk cair, urine sapi dapat dimanfaatkan sebagai pestisida pembasmi hama pada
tanaman. Menurut Marlina (2012) menyatakan bahwa sampai saat ini hanya urine
sapi yang diketahui berkhasiat sebagai pestisida. Urine sapi dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida ramah lingkungan karena mengandung unsur yang mampu mengusir
dan membunuh hama yang menyerang pada tanaman.
Penanganan limbah
dengan kandungan nutrisi tinggi lazim dilakukan secara biologis, tepatnya
menggunakan organisme yang mampu memanfaatkan kandungan nutrisi tersebut.
Organisme dari kelompok vegetasi sering digunakan dalam kegiatan ini, karena
organisme flora dengan aktivitas fotosintesis mampu mensintesa bahan-bahan
organik yang terkandung dalam limbah menjadi senyawa organik atas bantuan zat
hijau daun (klorofil) yang dimilikinya dan energi matahari.
BAB
III METODE KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu
3.1.1 Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di kandang peternakan
Politeknik Negeri
Jember.
3.1.2 Waktu
Praktikum ini dilaksanaka pada hari jumat, tanggal 01
september 2016.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Keranjang
2.
Karung
3.
Ember
4.
Gerobak dorong
5.
Sodokan
6.
Sapu lidi
3.2.2 Bahan
1.
Feses
2.
Urine
3.
Pakan sisa
4.
EM4
5.
Mollases
6.
Mikroorganisme Lokal
3.3 Pelaksanaan Kegiatan Praktikum
1.
Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan
digunakan untuk praktikum.
2.
Melakukan identifikasi terhadap
jenis-jenis limbah yang terdapat di kandang sapi politeknik negeri jember
dengan cara pengamatan dan dokumentasi.
3.
Menuliskan hasil identifikasi.
4.
Membersihkan kandang dan merapihkan
peralatan kandang menggunakan peralatan yang sudah disediakan.
5.
Membuang sampah anorganik ke tempat
sampah dan mengumpulkan kotoran sapi ke tempat penampungan.
6.
Mengambil sampel kotoran sapi yang masih
segar secukupnya.
7.
Menyiapkan cairan
8.
Meletakkan sampel diatas lantai kemudian
sampel feses disemprot menggunakan cairan mol hingga merata lalu sampel ditutup
di bagian atasnya menggunakan karung plastik.
9.
Setiap dua hari sekali sampel dilakukan
pengecekan suhu dan aroma dan juga disemprot menggunakan cairan mol, hal yang
sama dilakukan setiap dua hari sekali selama satu minggu.
10.
Membuat laporan praktikum.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Identifikasi Jenis-jenis Limbah Peternakan
Limbah
peternakan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu limbah padat dan limbah
cair.
1.
Limbah padat
Limbah
padat merupakan hasil sisa buangan dari pemeliharaan ternak yang berbentuk
padatan. Limbah padat dibagi menjadi 2 yaitu limbah organik dan anorganik,
limbah organik yaitu sisa dari hasil olahan atau buangan yang dapat
dimanfaatkan kembali. Seperti, feses dan pakan. Limbah pakan merupakan sisa
pakan yang terbuang oleh sapi dan sisa pemberian pakan. Limbah pakan berupa
hijauan maupun konsentrat. Limbah anorganik yaitu hasil dari buangan industri
yang tidak dapat diolah kembali, limbah anorganik berupa spuilt, plastic,
karung, selang bekas, dan tali bekas.
2.
Limbah cair
Limbah
cair merupakan hasil buangan yang sebagian besar dari air. Limbah cair berupa
urine sapi, air untuk membersihkan kandang, dan sisa air minum.
3.
Limbah gas
Limbah
gas merupakan limbah yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Limbah gas berupa
gas metan.
4.2 Karakteristik
Limbah Peternakan
Limbah peternakan dan pertanian dapat digolongkan ke
dalam dua kelompok besar yaitu : limbah
padat dan limbah cair (limbah gas dalam jumlah kecil). Bila kandang beratap
kelembaban limbah ternak akan dipengaruhi kemiringan lantai, ventilasi,
temperatur, dan kelembaban udara. Jika
kandang memiliki drainase yang baik, ventilasi baik dan iklim panas kemungkinan
akan menghasilkan feses berbentuk padat sehingga mudah untuk dikumpulkan, sebaliknya apabila drainase
buruk dan ventilasi buruk maka feses yang dihasilkan berbentuk cair/semi padat.
Kebersihan kandang juga perlu diperhatikan guna meminimalisir dampak pencemaran
lingkungan yang terjadi. Limbah peternakan mempunyai karakteristiknya
masing-masing sebagai berikut :
No
|
Nama Limbah
|
Karakteristik
|
||
Sifat Fisik
|
Sifat Kimia
|
Sifat Biologi
|
||
1
|
Feses
|
Padat, warna hijau tua, bau menyengat,
|
CH4, N, P
|
E-colli
|
2
|
Urine
|
Cair, wana kekuningan,bau ammonia
|
NH3,
|
|
3
|
Sisa pakan
|
Padat,
|
|
|
4
|
Plastik
|
Padat, sulit terurai,
|
|
|
5
|
Air cucian
|
Cair, warna kecoklatan
|
|
|
6
|
Karung bekas
|
Padat
|
|
|
7
|
Spuilt bekas
|
Padat
|
|
|
8
|
Bekas tali tambang
|
Padat
|
|
|
9
|
Selang bekas
|
Padat
|
|
|
4.3
Penanganan Limbah Peternakan
Penanganan
limbah berguna untuk mengurangi pencemaran limbah yang dapat mengganggu makhluk
hidup lain, dan memanfaatkan limbah yang dapat diolah kembali menjadi pupuk.
Penanganan
limbah organik berupa feses, sisa pakan, urine, air sisa buangan pembersihan
kandang, dan sisa air minum yaitu diolah menjadi pupuk kandang dan biogas,
pupuk kandang diolah dengan cara menampung kotoran ternak ke tempat
penampungan, kemudian disiram menggunakan campuaran EM4, MOL (Mikroorganisme
Lokal), tetes dan air. Campuran ini berfungsi untuk mengembangbiakkan
mikroorganisme yang ada. Penyiraman dilakukan 2 hari sekali selama 1 minggu,
selanjutnya feses yang disiram sambil dilakukan pengadukan dan ditutup
menggunakan karung.
4.4
Desain Kontruksi Penanganan Limbah Peternakan
Gambar 1 : Konstruksi
Saluran Limbah
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Limbah yang dibiarkan tanpa ada
penanganan khusus akan memberikan dampak negatif diantaranya akan merusak
keindahan, karena menimbulkan bau busuk dan merusak pemandangan, merugikan dari
segi ekonomi, karena dapat merusak benda/bangunan, tanaman maupun hewan ternak,
serta dapat membahayakan kesehatan manusia karena merupakan sumber penyakit.
2.
Identifikasi limbah perlu dilakukan
untuk melakukan penanganan yang tepat. Adapun jenis limbah yang ada di kandang
peternakan Politeknik Negeri Jember yaitu feses, urin, sisa pakan, plastic, air
cucian, karung bekas, spuilt bekas, tali tambang bekas serta selang bekas.
3.
Pemanfaatan limbah ternak seperti
pembuatan pupuk kompos maupun biogas dapat mengurangi pencemaran yang
diakibatkan oleh kegiatan usaha peternakan.
4.
Usaha peternakan sapi perah butuh
rancangan konstruksi yang tepat untuk sanitasi dan pemprosesan limbah.
Did you realize there is a 12 word sentence you can speak to your man... that will induce intense emotions of love and impulsive attraction to you deep inside his chest?
BalasHapusThat's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, cherish and care for you with his entire heart...
=====> 12 Words Will Trigger A Man's Desire Instinct
This instinct is so built-in to a man's mind that it will make him try harder than ever before to to be the best lover he can be.
Matter of fact, triggering this all-powerful instinct is so mandatory to having the best ever relationship with your man that the moment you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll soon notice him expose his soul and mind to you in a way he haven't expressed before and he will recognize you as the one and only woman in the universe who has ever truly tempted him.